Senin, 13 Juni 2011

Diduga Jejak Harimau di Lereng Merapi


Jejak binatang yang diduga harimau ditemukan dikawasan lereng Merapi sekitar lokasi upacara adat Labuhan Merapi. Jejak tersebut terdeteksi saat jajaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman melakukan supervisi lokasi menjelang dilaksanakannya upacara adat tersebut awal Juli mendatang. Demikian disampaikan Kepala Seksi Dokumentasi dan Informasi Pariwisata Disbudpar Sleman Wasita, SS, MAP usai melakukan supervisi tersebut, Sabtu 11 Juni 2011.

Jejak tersebut memang sangat jelas dan cukup besar, sehingga diperkirakan bukan jejak kucing ataupun anjing. Mulai terlihat sekitar jarak satu kilometer diatas bekas kediaman Almarhum Mbah Maridjan sejauh 700 an meter lebih melintasi kawasan yang menurut rencana akan digunakan sebagai lokasi upacara adat Labuhan Merapi. Jejak tersebut masih baru, kemungkinan terjadi malam sebelumnya dan kecil kemungkinan terjadi disiang hari karena lokasinya sangat terbuka.

Menurut warga masyarakat sekitar Wiyono yang turut melakukan supervisi dan sekaligus tercatat sebagai pelestari budaya, bahwa binatang yang meninggalkan jejak dikawasan itu diperkirakan berjumlah dua ekor, satu besar dan satu kecil. Itu berdasarkan jejaknya, ada yang besar dan ada yang kecil. Menurut keyakinannya binatang tersebut diperkirakan bersembunyi jauh dari lokasi ditemukannya jejak tersebut. Karena disekitar lokasi ini sama sekali tidak ada pepohonan sama sekali. Kemungkinan hanya mencari persembunyian, namun karena disitu tidak ada pepohonan kemudian menjauh dan meninggalkan wilayah Sleman menuju ke arah timur laut.

Sementara menurut Kepala Bidang Pemasaran Pariwisata Disbudpar Sleman Dra. Shavitri Nurmala Dewi, MA, jejak binatang yang menurut dugaan merupakan harimau tersebut menjadikan pertanda bahwa kawasan lereng Merapi sudah mulai ada tanda-tanda kehidupan khususnya kehidupan fauna.

Kalau kehidupan flora jelas sudah kelihatan dengan mulai menghijaunya kawasan lereng Merapi yang berupa tumbuh-tumbuhan semak sepertinya berbagai jenis rumput, bambu, pisang, dsb. Tumbuhan atau pohon berkayu sama sekali punah. Memang membutuhkan waktu lama untuk memulihkan tumbuh-tumbuhan berkayu yang semestinya terjaga dengan baik dikawasan lereng Merapi.

Evi, sapaan akrab Shavitri, menyampaikan apresiasi yang tinggi terhadap pihak-pihak yang selama ini melakukan penghijauan dilereng Merapi pasca erupsi. Memang kondisi flora saat ini cukup parah, sehingga pihaknya mengharapkan kepedulian berbagai pihak untuk tetap menggalang tekad lam upaya menghijaukan kembali lereng Merapi. Mengingat keberadaan lereng Merapi sangat penting bagi persediaan air dan pencegahan banjir di kawasan dibawahnya yang tidak hanya wilayah Sleman saja, namun meluas hingga Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul.-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar